Kabupaten Mamuju berada di pesisir pantai Barat Sulawesi, letaknya
sangat strategis karena merupakan “pintu gerbang segi tiga” yang
menghubungkan ‘Sulawesi Selatan – Sulawesi Tengah – Kalimantan Timur’, sehingga daerah yang luasnya 11.057,81 km2 (sebelum dimekarkan) dijuluki kawasan “segitiga emas” dan ±450 km dari ibukota Makassar Sulawesi Selatan.
Kabupaten Mamuju memiliki kekayaan alam yang luar biasa, khususnya
sektor pertanian yang meliputi sub sektor perkebunan, kehutanan,
perikanan dan peternakan.
Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak pada koordinat antara 0o 53’ 10’ sampai 2o 54’ 52’ Lintang Selatan dan 118o 54’ 47’ sampai 120o 05’ 35’ Bujur Timur.
Batas-batas wilayah :
Sebelah Utara | : Kabupaten Mamuju Utara |
Sebelah Selatan | : Kabupaten Majene, Polewali Mandar dan Tator (Provinsi Sulawesi Selatan) |
Sebelah Timur | : Kabupaten Luwu Utara (Provinsi Sulawesi Selatan) |
Sebelah Barat | : Selat Makassar (Provinsi Kalimantan Timur) |
2. Sektor Pemerintahan
Kabupaten Mamuju terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan, yang terdiri dari 155 (seratus lima puluh lima) kelurahan/desa.
3. Penduduk dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju sebanyak 446.347 orang.
4. Keadaan Sosial
Kesehatan (Rumah Sakit) :
Rumah Sakit Umum | : 1 buah |
Puskesmas | : 17 buah |
Puskesmas Keliling | : 17 buah |
Puskesmas Pembantu | : 6 buah |
Apotek | : 3 buah |
Agama (Tempat Peribadatan) :
Mesjid | : 101 buah |
Gereja | : 98 buah |
Langgar | : 65 buah |
Mushallah | : 4 buah |
Pura | : 90 buah |
Vihara | : 2 buah |
5. Sektor Pertanian
Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju bergantung pada sektor pertanian,
Menurut data statistik tahun 2003, PDRB kabupaten Mamuju atas dasar
harga berlaku sebesar 879,79 Juta Rupiah dengan kontribusi terbesar
diberikan oleh sektor Pertanian sebesar 74,17 persen
Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama,
dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak kurang
dari Rp. 195,62 milyar.
6. Sektor Peternakan
Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan
makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan
pendapatan peternak.
Diantara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamuju adalah
ternak sapi, kerbau, kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis unggas
adalah ayam ras, ayam buras dan itik.
7. Sektor Perikanan
Kabupaten Mamuju memiliki garis pantai terpanjang di Sulawesi Barat
sekitar ±415 km yang tersebar di 48 (empat puluh delapan) desa, 13
(tiga belas) wilayah kecamatan menjadi salah satu potensi daerah ini.
Produksi perikanan laut di Kabupaten Mamuju sebanyak 30.000 ton,
belum termasuk hasil tambak yang luasnya berkisar 22.950 ha, serta rawa
bakau seluas 10.241 ha. Selain itu juga dilakukan pengembangan budidaya
laut berupa rumput laut dan teripang. Untuk tambak yang dikembangkan
adalah udang dan ikan bandeng.
8. Sektor Perkebunan
Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju dengan curah hujan
yang merata, menjadikan daerah ini tepat untuk pengembangan kelapa
sawit, kelapa dalam/hibrida, kakao, kopi arabika/robusta, kemiri,
vanili, sagu dan lada.
Dari komoditi tersebut yang dijadikan unggulan adalah kelapa sawit,
kakao, kelapa dalam/hinrida dan kemiri, khusus kelapa sawit di
kabupaten Mamuju produksi tahun 2002 lalu sekitar 533.343 ton pertahun
membuat daerah ini menjadi sentra produksi kelapa sawit terbesar di
Sulawesi Barat. Selain kelapa sawit dan kakao yang menjadi komoditas di
Kabupaten Mamuju, daerah ini juga penghasil aneka macam buah – buahan.
Salah satunya yang tengah dikembangkan secara besar – besaran petani
di bumi Manakarra (amanah yang bertuah) ini adalah jeruk manis.
Produksi jeruk manis di Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Di pelabuhan Belang – belang misalnya, sekitar 200
ton jeruk manis asal Mamuju secara rutin dikirim PT Ganda Dewata ke
Jakarta setiap bulannya, belum termasuk jeruk manis yang diantar
pulaukan ke Kalimantan melalui pelabuhan Mamuju
9. Sektor Kehutanan
Kabupaten Mamuju memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dengan
aneka jenis kayu dan rotan di dalamnya. Dari data tahun 2003 memiliki
hutan lindung berdasarkan TGHK seluas 495,94 hektar, RTRWP 588.374 Ha,
hasil paduserasi 436.601 ha. Hutan produksi terbatas (HPT) berdasarkan
TGHK 203.812 ha, RTRWP sekitar 82.494 ha, hasil paduserasi 258.570 ha.
Hutan Produksi (HP) berdasarkan TGHK 45.687 ha, RTRWP 23.906 ha, hasil
paduserasi 61.600 ha. Sedangkan untuk Hutan Produksi Konservasi (HPK)
berdasarkan TGHK 99,736 ha, RTRWP 184.187 ha, hasil paduserasi 78.443
ha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar